Selasa, 28 Juli 2020

Ini 6 Trik untuk Lolos dari Alat Deteksi Kebohongan


Liputan6.com, Jakarta - Mulut bisa saja bohong, namun tubuh Anda mungkin menyuarakan kebenaran.

Perubahan fisiologis seperti ritme napas, keringat, detak jantung (palpitasi), tekanan darah, dan reaksi mendadak pada kulit seseorang bisa ditangkap alat pendeteksi kebohongan (lie detector), khususnya poligraf.

Tak semua negara menganggap hasil uji kebohongan sebagai salah satu bukti dalam perkara pidana. Meski demikian, hasil detektor kebohongan digunakan perusahaan atau lembaga besar untuk merekrut pegawai atau mengecek informasi klien sebelum menyetujui pinjaman atau asuransi.

Namun, apakah hasil deteksi kebohongan sahih?

Pada 2007, artikel akademis penelaahan sejawat (peer-reviewed) berjudul "Charlatanry in forensic speech science" mengungkapkan hasil riset selama 50 tahun terkait alat pendeteksi kebohongan.

Hasilnya, tak ada bukti ilmiah yang mendukung hipotesis bahwa analisis suara dalam alat deteksi kebohongan bekerja sesuai semestinya.

Para ahli mengatakan, interpretasi hasil poligraf lebih merupakan seni daripada sains.

Apalagi, sejarah membuktikan, sejumlah orang-orang 'mencurigakan' lolos dari uji deteksi kebohongan. Misalnya, Charles Hickson yang mengaku diculik UFO saat memancing lele pada 1973.

Atau, seorang pria yang mengaku datang dari masa depan. Ia yang namanya tak disebutkan itu mengaku sebagai penjelajah waktu dari tahun 2030.

Seperti dikutip dari situs Bright Side, konon ada sejumlah cara untuk membohongi detektor kebohongan, berikut enam di antaranya:

1. Siapkan fisik

Spoiler for :


2. Boleh saja merasa gugup

Spoiler for :


3. Coba untuk jujur terhadap hal yang rinci

Spoiler for :


4. Jangan Terburu-buru

Spoiler for :


5. Bayangkan Sesuatu yang Menyenangkan

Spoiler for :


6. Jangan Menggunakan Trik Fisik

Spoiler for :

Tidak ada komentar:

Posting Komentar