Liputan6.com, Jakarta - Mulut bisa saja bohong, namun tubuh Anda mungkin menyuarakan kebenaran.
Perubahan fisiologis seperti ritme napas, keringat, detak jantung
(palpitasi), tekanan darah, dan reaksi mendadak pada kulit seseorang
bisa ditangkap alat pendeteksi kebohongan (lie detector), khususnya
poligraf.
Tak semua negara menganggap hasil uji kebohongan sebagai salah satu
bukti dalam perkara pidana. Meski demikian, hasil detektor kebohongan
digunakan perusahaan atau lembaga besar untuk merekrut pegawai atau
mengecek informasi klien sebelum menyetujui pinjaman atau asuransi.
Namun, apakah hasil deteksi kebohongan sahih?
Pada 2007, artikel akademis penelaahan sejawat (peer-reviewed) berjudul
"Charlatanry in forensic speech science" mengungkapkan hasil riset
selama 50 tahun terkait alat pendeteksi kebohongan.
Hasilnya, tak ada bukti ilmiah yang mendukung hipotesis bahwa analisis
suara dalam alat deteksi kebohongan bekerja sesuai semestinya.
Para ahli mengatakan, interpretasi hasil poligraf lebih merupakan seni daripada sains.
Apalagi, sejarah membuktikan, sejumlah orang-orang 'mencurigakan' lolos
dari uji deteksi kebohongan. Misalnya, Charles Hickson yang mengaku
diculik UFO saat memancing lele pada 1973.
Atau, seorang pria yang mengaku datang dari masa depan. Ia yang namanya
tak disebutkan itu mengaku sebagai penjelajah waktu dari tahun 2030.
Seperti dikutip dari situs Bright Side, konon ada sejumlah cara untuk membohongi detektor kebohongan, berikut enam di antaranya:
1. Siapkan fisik
Spoiler for :
Persiapkan fisik Anda 24 jam sebelum tes. Tidur nyenyak, jangan lapar atau makan berlebihan, dan pakailah pakaian yang nyaman.
Jangan ubah kebiasaan Anda sehingga tubuh tak merasakan adanya perubahan
-- hal tersebut akan mencegah detak jantung menjadi tak karuan.
Jika tak biasa lari pagi, jangan melakukannya. Dan, jika minum kopi menjadi kebiasaan Anda, jangan lupa menyeruputnya.
2. Boleh saja merasa gugup
Spoiler for :
Merasa gugup adalah hal yang normal. Justru, itu bisa jadi membantu Anda lolos dari deteksi kebohongan.
Hasil dari orang-orang yang merasa gugup saat menjawab setiap pertanyaan ternyata paling akurat, demikian menurut statistik.
Jika Anda merasa hasil tes bisa diinterpretasikan secara salah akibat kegugupan Anda, metode ini mungkin bisa membantu:
Dalam ujian deteksi kebohongan, untuk memeriksa reaksi fisiologis dasar,
Anda akan dipaksa berbohong dengan menggunakan pertanyaan yang
terkendali.
Namun, sangat mudah untuk membedakan pertanyaan seperti itu dari yang
relevan-- karena mereka memiliki pengertian yang umum, tidak khusus.
Contoh dari pertanyaan terkendali adalah, "Apakah Anda pernah mencuri sesuatu?"
Bedakan dengan pertanyaan relevan berikut ini: "Apakah Anda mencuri sesuatu di tempat kerja sebelumnya?"
Hati-hati pada tahap ini. Berusahalah untuk tetap tenang saat menjawab
pertanyaan yang terkendali, meski jika Anda diminta untuk menjawab yang
sebaliknya.
Sebab, jika Anda sudah merasa gugup, maka poligraf akan menafsirkan
jawaban Anda untuk pertanyaan yang relevan sebagai 'kebenaran' --
terutama jika Anda berusaha tetap tenang saat menjawabnya.
3. Coba untuk jujur terhadap hal yang rinci
Spoiler for :
Anda tak harus merasa malu atau menyembunyikan sesuatu. Cobalah untuk menjawab semua pertanyaan dengan jujur.
Semakin benar hal-hal yang Anda katakan, semakin tepat hasilnya. Orang
sering cenderung berbohong tentang hal-hal kecil, yang kebanyakan orang
tidak menganggapnya serius. Mereka khawatir diberi pertanyaan jebakan.
Namun, para ahli mengatakan bahwa semua pertanyaan dalam uji deteksi
kebihongan sangat sederhana dan tidak boleh ada momen yang tidak terduga
-- setidaknya itulah yang disyaratkan dalam etika pengujian.
Selain itu, Anda akan diizinkan untuk terbiasa dengan pertanyaan sebelum
ujian. Ini dilakukan untuk menghilangkan reaksi terhadap kebaruan.
4. Jangan Terburu-buru
Spoiler for :
Satu pertanyaan bisa ditanyakan dari 3 hingga 6 kali selama tes. Itulah mengapa Anda tidak perlu terburu-buru memberi jawaban.
Apalagi, perasaan terburu-buru itu sendiri dapat mengubah hasil.
Dengarkan setiap pertanyaan sampai selesai, cobalah untuk memahaminya, dan luangkan waktu Anda untuk menyiapkan jawabannya.
Dengan memanfaatkan jeda sebelum memberikan jawaban, Anda akan memberi
diri sendiri kesempatan untuk menentukan jenis pertanyaan, apakah
terkendali atau relevan, signifikan atau tak signifikan.
5. Bayangkan Sesuatu yang Menyenangkan
Spoiler for :
Metode ini dianggap berhasil tetapi hanya bagi mereka yang benar-benar dapat mengendalikan diri.
Sebab, rasa gugup lebih mucah memicu reaksi negatif daripada membuat seseorang memikirkan sesuatu yang positif.
Saat memikirkan sebuah pertanyaan dan menyadari bahwa Anda harus
berbohong, pikirkan sesuatu yang sangat menyenangkan, atau cobalah
merasa santai selama ujian.
Ciptakan dunia sendiri dalam imajinasi Anda untuk membantu Anda tetap
tenang. Dengan begitu, tubuh Anda akan bereaksi dengan sempurna!
6. Jangan Menggunakan Trik Fisik
Spoiler for :
Ada banyak trik menciptakan reaksi tubuh negatif saat uji deteksi
kebohongan. Misalnya dengan cara memasukkan benda tajam ke dalam sepatu
dan menekannya setiap kali Anda perlu mendapatkan reaksi yang tepat.
Anda juga bisa menggigit lidah atau mengencangkan otot-otot Anda.
Namun, trik-trik semacam itu tidak akan mengecoh para ahli yang berpengalaman. Sebaliknya, manipulasi semacam itu sangat nyata.
Seringkali, para ahli dapat meminta Anda melepas sepatu karena mereka
sangat menyadari trik ini. Apalagi, poligraf mampu membedakan reaksi
terhadap nyeri fisik.
Jika tertangkap melakukan kecurangan, uji kebohongan bisa dijadwal
ulang. Atau hasil di akhir tes dapat dievaluasi lebih ketat dengan
mempertimbangkan semua trik yang Anda lakukan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar